Sunday 22 April 2012

7 Sunnah Rasulullah S.A.W

7 Sunnah Rasulullah S.A.W


1.Solat Tahajjud
Solat Tahajjud ialah solat apabila terjaga daripada tidur malam. Sebaik-baiknya 1/3 malam yang terakhir iaitu dalam lingkungan jam 3 atau 4 pagi. Jumlah rakaat sekurang-kurangnya 2 rakaat. Di antara fadhilatnya :
Mendapat pengawasan Allah dan menampakkan kesan ketaatan di wajahnya.

Dikasihi oleh para ahli ibadah dan org mukmin.
Percakapannya menjadi hikmah dan bijaksana.
Dimudahkan hisab ke atasnya.
Mendapat catatan amal dari tangan kanan.
Firman Allah SWT yang bermaksud :

“Dan bangunlah pada sebahagian dari waktu malam serta kerjakanlah “sembahyang tahajjud” padanya, sebagai sembahyang tambahan bagimu; semoga Tuhanmu membangkit dan menempatkanmu pada hari akhirat di tempat Yang Terpuji. (Al-Isra : 79)

2. Membaca Al-Qur’an Sebelum Terbit Matahari
Membaca Al-Quran merupakan salah satu sunnah Rasulullah terutamanya membaca Al-Quran pada waktu sebelum terbitnya matahari. Besar pahala bagi orang yang mebaca Al-Quran dan mentadabbur isinya. jadikan Al-Quran sebagai panduan hidup dan jangan dijadikan Al-Quran sebagai bacaan bacaan sahaja. jadikan Al-Quran sebagai bacaan, panduan dan membudayakan Al-Quran dalam setiap perkara dalam kehidupan kita. Firman Allah yang bermaksud :

“Sesungguhnya Al-Quran ini memberi petunjuk ke jalan Yang amat betul (ugama Islam), dan memberikan berita Yang mengembirakan orang-orang Yang beriman Yang mengerjakan amal-amal soleh, Bahawa mereka beroleh pahala Yang besar.” (Al-Isra : 9)

3. Jangan Tinggalkan Masjid
Solat yang lebih baik adalah solat berjamaah di masjid, kerana pahala orang yang solat berjamaah di masjid sangat besar dan pahalanya dikira pada setiap langkahnya ke masjid dan ia juga akan memperolehi pahala berjamaah sebanyak 27 pahala.
Hadis Nabi Muhammad SAW yang bermaksud :

“Sungguh, alangkah ingin aku menyuruh (para sahabat) melakukan solat, dan aku suruh seseorang untuk mengimaminya, kemudian aku pergi bersama beberapa orang yang membawa beberapa ikat kayu api menuju (rumah) orang-orang yang tidak ikut solat berjemaah, untuk membakar rumah mereka dengan api.”

4. Jaga Solat Dhuha
Solat Sunat Dhuha adalah solat yang yang sangat dianjurkan oleh Rasulullah kepada umatnya, kerana solat sunat Dhuha ini banyak kelebihannya. Di antara kelebihannya ialah pintu rezeki dibuka dan dimurahkan rezeki. Waktu solat sunat Dhuha ialah dari naik matahari sampai se-penggalah dan berakhir di waktu matahari tergelincir.
Rasullullah SAW pernah bersabda yang maksudnya :

“Pada tiap-tiap pagi lazimkanlah atas tiap-tiap ruas anggota seseorang kamu bersedekah; tiap-tiap tahlil satu sedekah, tiap-tiap takbir satu sedekah, menyuruh berbuat baik satu sedekah, dan cukuplah (sebagai ganti) yang demikian itu dengan mengerjakan dua rakaat solat Dhuha .” (Hadis riwayat Al-Bukhari dan Muslim)

5. Jaga Sedekah
Sedekah ialah seseorang itu mengorbankan sedikit hartanya untuk diberikan kepada orang yang memerlukan dengan hati dan perasaan yang ikhlas kerana Allah. Bagi orang yang rajin bersedekah, Allah akan gandakan setiap sedekahnya dengan rezeki yang melimpah. Firman Allah yang bermaksud :

“Dan jangan sekali-kali orang-orang Yang bakhil Dengan harta benda Yang telah dikurniakan Allah kepada mereka dari kemurahanNya – menyangka Bahawa keadaan bakhilnya itu baik bagi mereka. bahkan ia adalah buruk bagi mereka. mereka akan dikalongkan (diseksa) Dengan apa Yang mereka bakhilkan itu pada hari kiamat kelak. dan bagi Allah jualah hak milik Segala warisan (isi) langit dan bumi. dan (ingatlah), Allah Maha mengetahui Dengan mendalam akan Segala Yang kamu kerjakan. (mukjizat) Yang nyata dan Dengan (korban) Yang katakan, maka membunuh mereka, jika kamu orang-orang Yang benar (dalam apa Yang kamu dakwakan itu)?” (Al-Imran : 180)

6. Jaga Wudhuk Terus Menerus
wudhu adalah salah satu cara untuk menyucikan diri dari hadas kecil. Orang yang menjaga wuduknya akan disayangi oleh Allah. Kata khalifah Ali bin Abu Thalib :
“Orang yang selalu berwudhuk senantiasa ia akan merasa selalu solat walau ia sedang tidak solat, dan dijaga oleh malaikat dengan dua doa, ampuni dosa dan sayangi dia ya Allah”.

7. Istighfar Setiap Masa
Istighfar ialah memohon keampunan dari Allah atas segala dosa dan kesalahan yang telah dilakukan dan berjanji kepada Allah tidak akan mengulangi kesalahan tersebut. Firman Allah yang bermaksud :

“Dan Allah tidak sekali-kali akan menyeksa mereka, sedang Engkau (Wahai Muhammad) ada di antara mereka; dan Allah tidak akan menyeksa mereka sedang mereka beristighfar (meminta ampun).” (Al-Anfal : 33)


Jadi sebagai umat Rasulullah S.A.W, berusahalah kita untuk mengikut sunnah2 Rasulullah, moga2 dgn usaha kta ini, kita dikurniakan syafaat dari Rasulullah pada hari akhirat kelak. Kalau tidak boleh untuk kita buat semua, janganlah kita tinggal semua..Wallahualam
 
Nik Maisara Binti Mustapa@Nik Daud

Sunday 15 April 2012

My Mother-Yusuf Islam

Hukum Seputar Malam Lailatul Qodar

Soal 1: Malam Lailatul Qodar itu jatuh pada hari ke berapa?


Jawab: Di dalam Al-Qur’an tidak diterangkan pada malam ke berapa malam Lailatul Qodar itu jatuh, tetapi di dalam hadits diterangkan bahwa sesungguhnya Rasulullah sallallahu alaihi wa sallam beri’tikaf pada 10 hari awal di bulan Ramadhan menginginkan malam Lailatul Qodar, kemudian beliau beri’tikaf pada 10 hari pertengahannya dan mengatakan (yang artinya):

“Sesungguhnya malam Lailatul Qodar itu jatuh pada 10 hari akhir di bulan Ramadhan”. Beliau melihatnya dan beliau sujud di waktu shubuh di tempat yang berair bercampur tanah, kemudian pada malam ke-21 di saat beliau i’tikaf, turunlah hujan maka mengalirlah air hujan tersebut pada atap masjid karena masjid Nabi shallallahu alaihi wa sallam terbuat dari anjang-anjang. Beliau menjalankan sholat subuh bersama para sahabatnya kemudian beliau sujud. Anas bin Malik berkata: ‘Aku melihat bekas air dan tanah dikeningnya, maka beliau sujud ditempat yang berair bercampur tanah.” (HR. Bukhori no.669 dan 2016, Muslim no.1167, dan 216 dari shohabat Abu Sa’id Al-Khudri).

Hadits di atas menunjukkan bahwa malam Lailatul-Qodar pada saat itu jatuh pada malam yang ke-21. Sedangkan para sahabat Rosululloh melihat dalam mimpi mereka bahwa malam Lailatul-Qodar jatuh pada malam ke 27. (HR. Bukhori no.2015, Muslim no.1165 dari shohabat Abdulloh bin ‘Umar ).

Yang shohih dari perbedaan para ulama tentang jatuhnya malam Lailatul-Qodar pada 10 hari terakhir adalah berpindah-pindah pada setiap tahunnya, terkadang pada tahun ini jatuh pada malam yang ke 21, kemudian pada tahun berikutnya jatuh pada malam yang ke 29, 25 atau 24.

Adapun hikmah berpindah-pindahnya malam Lailatul-Qodar supaya orang-orang yang malas menjalankan ibadah, mereka bersemangat untuk menjalankan ibadah pada 10 hari terakhir di bulan Romadlon. Hikmah yang lainnya juga yaitu agar menambah amal shalih seseorang untuk mendekatkan diri kepada Allah. (Syaikh Utsaimin)


Soal 2 : Apa alamat/tanda malam Lailatul-Qodar?

Jawab: Lailatul-Qodar mempunyai beberapa alamat/tanda, baik secara langsung (yaitu pada malamnya) maupun setelah terjadi (yaitu pada pagi harinya).

Adapun alamat secara langsung (yaitu pada malamnya) di antaranya:

1) Sinar cahaya sangat kuat pada malam Lailatul-Qodar dibandingkan dengan malam-malam yang lainnya. Tanda ini pada zaman sekarang hanya bisa dirasakan oleh mereka yang tinggal ditempat yang jauh dari sinar listrik atau sejenisnya.

2) Bertambah kuatnya cahaya pada malam itu.

3) Thuma’ninah. Yaitu ketenangan dan kelapangan hati yang dirasakan oleh orang-orang yang beriman lebih kuat dari malam-malam yang yang lainnya.

4) Angin dalam keadaan tenang pada malam Lailatul-Qodar, tidak berhembus kencang (tidak ada badai) dan tidak ada guntur. Hal ini berdasarkan hadits dari shohabat Jabir bin Abdillah sesungguhnya Rosululloh bersabda (yang artinya):

“Sesungguhnya Aku melihat Lailatul-Qodar kemudian dilupakannya, Lailatul-Qodar turun pada 10 akhir (bulan Romadlon) yaitu malam yang terang, tidak dingin dan tidak panas serta tidak turun hujan”. (HR. Ibnu Khuzaimah no.2190 dan Ibnu Hibban no.3688 dan dishohihkan oleh keduanya).

Kemudian hadits dari shohabat ‘Ubadah bin Shomit sesungguhnya Rosululloh bersabda (yang artinya)

“Sesungguhnya alamat Lailatul-Qodar adalah malam yang cerah dan terang seakan-akan nampak didalamnya bulan bersinar terang, tetap dan tenang, tidak dingin dan tidak panas. Haram bagi bintang-bintang melempar pada malam itu sampai waktu subuh. Sesungguhnya termasuk dari tandanya adalah matahari terbit pada pagi harinya dalam keadaan tegak lurus, tidak tersebar sinarnya seperti bulan pada malam purnama, haram bagi syaithon keluar bersamanya (terbitnya matahari) pada hari itu”. (HR. Ahmad 5/324, Al-Haitsamy 3/175 dia berkata : perawinya tsiqoh)

5. Terkadang Alloh memperlihatkan malam Lailatul-Qodar kepada seseorang dalam mimpinya. Sebagaimana hal ini terjadi pada diri para shahabat Rosululloh .

6. Kenikmatan beribadah dirasakan oleh seseorang pada malam Lailatul-Qodar lebih tinggi dari malam-malam yang lainnya.

Adapun alamat setelah terjadi (yaitu pada pagi harinya) di antaranya: Matahari terbit pada pagi harinya dalam keadaan tidak tersebar sinarnya dan tidak menyilaukan, berbeda dengan hari-hari biasanya. Hal ini berdasarkan hadits dari shohabat Ubay bin Ka’ab yang mengatakan:

“Sesungguhnya Rosululloh mengkabarkan kepada kami: “Sesungguhnya Matahari terbit pada hari itu dalam keaadaan tidak tersebar sinarnya”. (HR. Muslim no.762, 2/828)

Adapun alamat yang menyebutkan bahwa tidak ada atau sedikit gonggongan anjing pada malam Lailatul-Qodar adalah tidak benar, karena terkadang dijumpai pada 10 malam terakhir di bulan Romadlon anjing dalam keadaan menyalak/menggonggong. (Syaikh Utsaimin)

(Diterjemahkan oleh Al Ustadz Abu ‘Isa Nurwahid dari Fataawa Lajnah ad Da’imah, Syarhul Mumthi’ Ibnu Utsaimin, Fataawa wa Rasaail Ibnu Utsaimin, dan Majmu’Fataawa Syaikh Shalih Fauzan)

  http://al-muwahhidun.blogspot.com/2008_09_01_archive.html

Liyana Jasmay - Cinta Bersatu (Lirik)

10 fakta kebaikan senyum

Senyum yang tulus, datang dari hati yang tulus. Suatu senyum yang ikhlas dan menceriakan adalah suatu ibadah. Senyum terjadi hanya sekejap, tetapi kenangannya kadang berlangsung selamanya. Tersenyumlah! kerana senyum itu tidak mahal. Hanya perlu sedetik untuk mengubah bentuk bibir menjadi senyum. Dan hanya memerlukan tujuh saat mempertahankan sebuah senyum untuk kelihatan sebagai ungkapan ketulusan hati.

1. Senyum Membuat Anda Lebih Menarik
Orang yang tersenyum memiliki daya tarik tersendiri. Orang yang suka tersenyum membuat perasaan orang disekitarnya selesa senang dan tenang. Orang yang selalu merungut, cemburu, mengerutkan kening membuat orang-orang disekeliling tidak selesa. Pastikan orang yang banyak tersenyum memiliki banyak teman.

2. Senyum Tukar Perasaan
Jika anda sedang bersedih, cubalah tersenyum. Senyuman akan membuat perasaan menjadi lebih baik. Menurut kajian, senyum boleh memperdayai tubuh sehingga perasaan berubah.

3. Senyum Menular
Ketika seseorang tersenyum, ia akan membuat suasana menjadi lebih riang. Orang disekitar anda pasti akan ikut tersenyum dan merasa lebih bahagia.

4. Senyum Menghilangkan Stres
Stress boleh kelihatan di wajah. Senyuman boleh menghilangkan mimik lelah, bosan, dan sedih. Ketika anda stres, ambil masa untuk tersenyum. Senyuman akan mengurangkan stres dan membuat fikiran lebih jernih dan tenang.

5. Senyum Meningkatkan Imunitas
Senyum membuat sistem imun tubuh bekerja lebih baik. Fungsi imun tubuh bekerja maksimum ketika seseorang merasa rileks. Menurut kajian, flu dan batuk boleh hilang dengan senyum.

6. Senyum Menurunkan Tekanan Darah
Tidak percaya? Cuba anda mencatat tekanan darah ketika anda tidak tersenyum dan catat lagi tekanan darah saat anda tersenyum semasa diperiksa. Tekanan darah ketika anda tersenyum pasti lebih rendah.

7. Senyum Melepas Endorphin, Pemati Rasa Alamiah dan Serotonin
Senyum ibarat ubat alami. Senyum boleh menghasilkan endorphin, pemati rasa semulajadi dan serotonin. Ketiga-tiganya adalah hormon yang boleh mengawal rasa sakit.

8. Senyum Membuat Anda Awet Muda
Senyuman menggerakkan banyak otot. Akibatnya otot wajah terlatih sehingga anda tidak perlu melakukan face lift. Dengan banyak tersenyum anda akan kelihatan lebih awet muda.

9. Senyum Membuat anda Kelihatan Sukses
Orang yang tersenyum kelihatan lebih percaya diri, terkenal dan boleh dipercayai. Berikan senyum semasa mesyuarat atau bertemu dengan pelanggan. Pasti ramai orang akan melihat anda lebih baik.

10. Senyum Membuat Orang Berfikir Positif
Cuba lakukan ini: fikirkan hal buruk sambil tersenyum. Pasti susah. Kenapa? ketika anda tersenyum, tubuh menghantar isyarat "hidup adalah baik". Sehingga semasa anda tersenyum, tubuh menerimanya sebagai anugerah yang terbaik.

Senyum mencipta kebahagiaan di sekitar kita, Senyum adalah ketenangan bagi kegelisahan, keceriaan bagi yang kecil hati dan kegembiraan bagi yang sedih.

Senyum tidak boleh di beli, kerana senyuman adalah sesuatu yang tidak berguna bagi sesiapa sampai senyum itu diberikan. Jika kamu harus menemui seseorang yang terlalu letih untuk memberi senyuman. Berikan satu senyuman yang tulus untuk mereka. Kerana tidak ada yang lebih memerlukan senyuman daripada orang-orang yang tidak mempunyai senyuman lagi untuk diberikan.

Sebuah senyuman akan selalu diterima, kerana senyuman akan membuka pintu dan hati seperti anak kunci. Berikan setiap senyum anda untuk semua orang, kerana satu senyuman memberikan keceriaan pada semua orang. 

Akhir kata mungkin kita tidak dapat membantu seseorang itu dengan wang ringgit ketika mereka didatangi kepayahan, kemurungan dan seumpamanya. Namun dengan senyuman yang ikhlas mungkin sedikit sebanyak dapat memberi ketenangan jiwa pada pada orang lain.
  

perkara - perkara yang membatalkan iman

Iman ialah Tasdiq (membenarkan). I’tikad di dalam hati kepada apa yang di ketahui daripada Deen Islam yang di bawa oleh Nabi Muhammad S.A.W  serta ikrar dengan lidah dan amal. Tasdiq itu mestilah menerima dengan redha dengan semuanya, tidak ada engkar dan perasaan ragu serta tidak menjuzuk – juzukkan (memecah-mecahkan) kepercayaannya.
Firman Allah :

فَلا وَرَبِّكَ لا يُؤْمِنُونَ حَتَّى يُحَكِّمُوكَ فِيمَا شَجَرَ بَيْنَهُمْ ثُمَّ لا يَجِدُوا فِي أَنْفُسِهِمْ حَرَجًا مِمَّا قَضَيْتَ وَيُسَلِّمُوا تَسْلِيمًا (٦٥)

Maka Demi Tuhanmu (Wahai Muhammad)! mereka tidak disifatkan beriman sehingga mereka menjadikan Engkau hakim Dalam mana-mana perselisihan Yang timbul di antara mereka, kemudian mereka pula tidak merasa di hati mereka sesuatu keberatan dari apa Yang telah Engkau hukumkan, dan mereka menerima keputusan itu Dengan sepenuhnya.  An-nisa’ :65

Iman itu mungkin tercabut dengan beberapa sebab yang dikemukakan oleh ulama berdasarkan Al-Quran dan Hadis Nabi Muhammad S.A.W. Diantaranya yang ditegaskan oleh Al-Imam At-Tohawi Rahimahullah di dalam kitabnya. Perkara yang boleh membatalkan iman ialah:
  • Mengingkari sifat Rububiyah atau mencelanya
  • Mengingkari atau mencela Asma’ Allah dan sifat-sifatnya
  • Mengingkari atau mencela sifat Uluhiyyah.
  • Mengingkari atau mencela Rasulullah S.AW.

Keempat-empat perkara tersebut berlaku dengan I’tiqad, perkataan dan perbuatan di mana sesiapa yang melakukannya batallah imannya dan keluar dari agama Islam dan syahadahnya tidak sah. Nauzubillah…
Penjelasan keterangan:

 1.  Mengingkari Sifat Rububiyyah atau mencelanya

Tauhid Rububiyyah ialah mengakui bahawa Dialah tuhan yang Maha Pencipta, mentadbir, memilikinya, memberi rezeki  segala-galanya dibawah pengetahuannya, kehendak dan kebijaksanaanya yang tidak terhingga.
Maka setiap I’tikad, perkataan dan tindak tanduk yang menunjukkan keingkarannya menjadi kafir dan riddah.

 2.  Mengingkari atau mencela Asma’ Allah dan Sifat-sifatNya.

Allah dan Rasul telah mensabitkan baginya beberapa nama dan sifat dan menafikan beberapa sifat. Maka sesiapa yang menafikan yang demikian itu, maka dia menjadi kafir.
Mengkafirkan sifat-sifat Asma Allah itu dengan dua cara iaitu kafir Nafi dan kafir Isbat
Kafir Nafi itu ialah menidakkan mana-mana sifat Allah atau mentakwilkan dengan takwil yang kurang  atau menghadkan kesempurnaan Allah atau menyamakan sifat Allah dengan sifat makhluk.
Kafir Isbat itu  ialah menetapkan mana-mana sifat kekurangan atau sifat mustahil bagi Allah seperti Allah ada anak, isteri, Dia tidur, mati dan lain-lain.

 3.  Mengingkari atau mencela Sifat Uluhiyyah.

Iaitu perkataan atau perbuatan atau I’tikad yang mengingkari bahawa Allah sahaja yang wajib disembah dengan sebenarnya, yang lain daripadanya tidak berhak di sembah.
Banyak manusia yang secara sedar atau tidak sedar telah mengingkari sifat Allah ini.
Sesungguhnya kebanyakkan manusia sejak dahulu hingga sekarang mengakui tauhid Rububiyyah, tetapi mereka mengingkari di dalam I’tikad, perkataan dan perbuatan terhadap Uluhiyyah Allah seperti beribadat kepada yang lain daripada Allah, mengakui hukum dan undang-undang yang lain lebih baik dari syariat Allah dengan hati dan lidah.

 4.  Mengingkari Atau Mencela Rasulullah S.A.W.  Atau Kerasulannya

Iaitu perkataan atau perbuatan I’tikad yang menafikan atau mencela kerasulan atau keperibadian Rasulullah S.A.W.  dan mengingkari pengkhabaran yang dibawa oleh Nabi S.A.W.
Digolongkan juga di kalangan orang yang batal imannya jika mengingkari Al Quran kerana Al Quran itu di sampaikan oleh nabi.
Begitu juga jika mengingkari hukum menurut nas Al Quran dan Al Hadis seperti wajibnya solat, zakat, haji, halal, haram, bab nikah kahwin, hudud dan sebagainya.

Berkata Al Imam Ibnu Taimiyah Rahimahullah ketika menafsirkan ayat Allah :

إِنَّا أَنْزَلْنَا التَّوْرَاةَ فِيهَا هُدًى وَنُورٌ يَحْكُمُ بِهَا النَّبِيُّونَ الَّذِينَ أَسْلَمُوا لِلَّذِينَ هَادُوا وَالرَّبَّانِيُّونَ وَالأحْبَارُ بِمَا اسْتُحْفِظُوا مِنْ كِتَابِ اللَّهِ وَكَانُوا عَلَيْهِ شُهَدَاءَ فَلا تَخْشَوُا النَّاسَ وَاخْشَوْنِ وَلا تَشْتَرُوا بِآيَاتِي ثَمَنًا قَلِيلا وَمَنْ لَمْ يَحْكُمْ بِمَا أَنْزَلَ اللَّهُ فَأُولَئِكَ هُمُ الْكَافِرُونَ (٤٤)

Sesungguhnya Kami telah menurunkan Kitab Taurat, Yang mengandungi petunjuk dan cahaya Yang menerangi; Dengan Kitab itu Nabi-nabi Yang menyerah diri (kepada Allah) menetapkan hukum bagi orang-orang Yahudi, dan (dengannya juga) ulama mereka dan pendita-penditanya (menjalankan hukum Allah), sebab mereka diamanahkan memelihara dan menjalankan hukum-hukum dari Kitab Allah (Taurat) itu, dan mereka pula adalah menjadi penjaga dan pengawasnya (dari sebarang perubahan). oleh itu janganlah kamu takut kepada manusia tetapi hendaklah kamu takut kepadaKu (dengan menjaga diri dari melakukan maksiat dan patuh akan perintahKu); dan janganlah kamu menjual (membelakangkan) ayat-ayatKu Dengan harga Yang sedikit (kerana mendapat rasuah, pangkat dan lain-lain keuntungan dunia); dan sesiapa Yang tidak menghukum Dengan apa Yang telah diturunkan oleh Allah (kerana mengingkarinya), maka mereka itulah orang-orang kafir. (Al-Maidah : 44)

Tidak syak lagi bahawa sesiapa yang tidak beri’tiqad  dengan apa yang telah diturunkan oleh Allah adalah menjadi kafir. Sesungguhnya setiap ummat Islam itu mesti memerintah dengan adil . Kadang-kadang keadilan menurut hukum mereka ialah yang dipandang oleh pembesar-pembesar mereka. Bahkan banyak sekali orang yang mengaku Islam berhukum dengan adat yang tidak diturunkan oleh Allah seperti orang Badwi di zaman dahulu di mana mereka berpendapat itulah hukum yang harus dilaksanakan, bukannya Kitab Allah dan Sunnah Rasulnya.

Perkara-perkara Yang Membatalkan Iman

Iman ialah Tasdiq (membenarkan). I’tikad di dalam hati kepada apa yang di ketahui daripada Deen Islam yang di bawa oleh Nabi Muhammad S.A.W  serta ikrar dengan lidah dan amal. Tasdiq itu mestilah menerima dengan redha dengan semuanya, tidak ada engkar dan perasaan ragu serta tidak menjuzuk – juzukkan (memecah-mecahkan) kepercayaannya.
Firman Allah :

فَلا وَرَبِّكَ لا يُؤْمِنُونَ حَتَّى يُحَكِّمُوكَ فِيمَا شَجَرَ بَيْنَهُمْ ثُمَّ لا يَجِدُوا فِي أَنْفُسِهِمْ حَرَجًا مِمَّا قَضَيْتَ وَيُسَلِّمُوا تَسْلِيمًا (٦٥)

Maka Demi Tuhanmu (Wahai Muhammad)! mereka tidak disifatkan beriman sehingga mereka menjadikan Engkau hakim Dalam mana-mana perselisihan Yang timbul di antara mereka, kemudian mereka pula tidak merasa di hati mereka sesuatu keberatan dari apa Yang telah Engkau hukumkan, dan mereka menerima keputusan itu Dengan sepenuhnya.  An-nisa’ :65

Iman itu mungkin tercabut dengan beberapa sebab yang dikemukakan oleh ulama berdasarkan Al-Quran dan Hadis Nabi Muhammad S.A.W. Diantaranya yang ditegaskan oleh Al-Imam At-Tohawi Rahimahullah di dalam kitabnya. Perkara yang boleh membatalkan iman ialah:
  • Mengingkari sifat Rububiyah atau mencelanya
  • Mengingkari atau mencela Asma’ Allah dan sifat-sifatnya
  • Mengingkari atau mencela sifat Uluhiyyah.
  • Mengingkari atau mencela Rasulullah S.AW.

Keempat-empat perkara tersebut berlaku dengan I’tiqad, perkataan dan perbuatan di mana sesiapa yang melakukannya batallah imannya dan keluar dari agama Islam dan syahadahnya tidak sah. Nauzubillah…
Penjelasan keterangan:

 1.  Mengingkari Sifat Rububiyyah atau mencelanya

Tauhid Rububiyyah ialah mengakui bahawa Dialah tuhan yang Maha Pencipta, mentadbir, memilikinya, memberi rezeki  segala-galanya dibawah pengetahuannya, kehendak dan kebijaksanaanya yang tidak terhingga.
Maka setiap I’tikad, perkataan dan tindak tanduk yang menunjukkan keingkarannya menjadi kafir dan riddah.

 2.  Mengingkari atau mencela Asma’ Allah dan Sifat-sifatNya.

Allah dan Rasul telah mensabitkan baginya beberapa nama dan sifat dan menafikan beberapa sifat. Maka sesiapa yang menafikan yang demikian itu, maka dia menjadi kafir.
Mengkafirkan sifat-sifat Asma Allah itu dengan dua cara iaitu kafir Nafi dan kafir Isbat
Kafir Nafi itu ialah menidakkan mana-mana sifat Allah atau mentakwilkan dengan takwil yang kurang  atau menghadkan kesempurnaan Allah atau menyamakan sifat Allah dengan sifat makhluk.
Kafir Isbat itu  ialah menetapkan mana-mana sifat kekurangan atau sifat mustahil bagi Allah seperti Allah ada anak, isteri, Dia tidur, mati dan lain-lain.

 3.  Mengingkari atau mencela Sifat Uluhiyyah.

Iaitu perkataan atau perbuatan atau I’tikad yang mengingkari bahawa Allah sahaja yang wajib disembah dengan sebenarnya, yang lain daripadanya tidak berhak di sembah.
Banyak manusia yang secara sedar atau tidak sedar telah mengingkari sifat Allah ini.
Sesungguhnya kebanyakkan manusia sejak dahulu hingga sekarang mengakui tauhid Rububiyyah, tetapi mereka mengingkari di dalam I’tikad, perkataan dan perbuatan terhadap Uluhiyyah Allah seperti beribadat kepada yang lain daripada Allah, mengakui hukum dan undang-undang yang lain lebih baik dari syariat Allah dengan hati dan lidah.

 4.  Mengingkari Atau Mencela Rasulullah S.A.W.  Atau Kerasulannya

Iaitu perkataan atau perbuatan I’tikad yang menafikan atau mencela kerasulan atau keperibadian Rasulullah S.A.W.  dan mengingkari pengkhabaran yang dibawa oleh Nabi S.A.W.
Digolongkan juga di kalangan orang yang batal imannya jika mengingkari Al Quran kerana Al Quran itu di sampaikan oleh nabi.
Begitu juga jika mengingkari hukum menurut nas Al Quran dan Al Hadis seperti wajibnya solat, zakat, haji, halal, haram, bab nikah kahwin, hudud dan sebagainya.

Berkata Al Imam Ibnu Taimiyah Rahimahullah ketika menafsirkan ayat Allah :

إِنَّا أَنْزَلْنَا التَّوْرَاةَ فِيهَا هُدًى وَنُورٌ يَحْكُمُ بِهَا النَّبِيُّونَ الَّذِينَ أَسْلَمُوا لِلَّذِينَ هَادُوا وَالرَّبَّانِيُّونَ وَالأحْبَارُ بِمَا اسْتُحْفِظُوا مِنْ كِتَابِ اللَّهِ وَكَانُوا عَلَيْهِ شُهَدَاءَ فَلا تَخْشَوُا النَّاسَ وَاخْشَوْنِ وَلا تَشْتَرُوا بِآيَاتِي ثَمَنًا قَلِيلا وَمَنْ لَمْ يَحْكُمْ بِمَا أَنْزَلَ اللَّهُ فَأُولَئِكَ هُمُ الْكَافِرُونَ (٤٤)

Sesungguhnya Kami telah menurunkan Kitab Taurat, Yang mengandungi petunjuk dan cahaya Yang menerangi; Dengan Kitab itu Nabi-nabi Yang menyerah diri (kepada Allah) menetapkan hukum bagi orang-orang Yahudi, dan (dengannya juga) ulama mereka dan pendita-penditanya (menjalankan hukum Allah), sebab mereka diamanahkan memelihara dan menjalankan hukum-hukum dari Kitab Allah (Taurat) itu, dan mereka pula adalah menjadi penjaga dan pengawasnya (dari sebarang perubahan). oleh itu janganlah kamu takut kepada manusia tetapi hendaklah kamu takut kepadaKu (dengan menjaga diri dari melakukan maksiat dan patuh akan perintahKu); dan janganlah kamu menjual (membelakangkan) ayat-ayatKu Dengan harga Yang sedikit (kerana mendapat rasuah, pangkat dan lain-lain keuntungan dunia); dan sesiapa Yang tidak menghukum Dengan apa Yang telah diturunkan oleh Allah (kerana mengingkarinya), maka mereka itulah orang-orang kafir. (Al-Maidah : 44)

Tidak syak lagi bahawa sesiapa yang tidak beri’tiqad  dengan apa yang telah diturunkan oleh Allah adalah menjadi kafir. Sesungguhnya setiap ummat Islam itu mesti memerintah dengan adil . Kadang-kadang keadilan menurut hukum mereka ialah yang dipandang oleh pembesar-pembesar mereka. Bahkan banyak sekali orang yang mengaku Islam berhukum dengan adat yang tidak diturunkan oleh Allah seperti orang Badwi di zaman dahulu di mana mereka berpendapat itulah hukum yang harus dilaksanakan, bukannya Kitab Allah dan Sunnah Rasulnya.

Perkara-perkara Yang Membatalkan Iman

Iman ialah Tasdiq (membenarkan). I’tikad di dalam hati kepada apa yang di ketahui daripada Deen Islam yang di bawa oleh Nabi Muhammad S.A.W  serta ikrar dengan lidah dan amal. Tasdiq itu mestilah menerima dengan redha dengan semuanya, tidak ada engkar dan perasaan ragu serta tidak menjuzuk – juzukkan (memecah-mecahkan) kepercayaannya.
Firman Allah :

فَلا وَرَبِّكَ لا يُؤْمِنُونَ حَتَّى يُحَكِّمُوكَ فِيمَا شَجَرَ بَيْنَهُمْ ثُمَّ لا يَجِدُوا فِي أَنْفُسِهِمْ حَرَجًا مِمَّا قَضَيْتَ وَيُسَلِّمُوا تَسْلِيمًا (٦٥)

Maka Demi Tuhanmu (Wahai Muhammad)! mereka tidak disifatkan beriman sehingga mereka menjadikan Engkau hakim Dalam mana-mana perselisihan Yang timbul di antara mereka, kemudian mereka pula tidak merasa di hati mereka sesuatu keberatan dari apa Yang telah Engkau hukumkan, dan mereka menerima keputusan itu Dengan sepenuhnya.  An-nisa’ :65

Iman itu mungkin tercabut dengan beberapa sebab yang dikemukakan oleh ulama berdasarkan Al-Quran dan Hadis Nabi Muhammad S.A.W. Diantaranya yang ditegaskan oleh Al-Imam At-Tohawi Rahimahullah di dalam kitabnya. Perkara yang boleh membatalkan iman ialah:
  • Mengingkari sifat Rububiyah atau mencelanya
  • Mengingkari atau mencela Asma’ Allah dan sifat-sifatnya
  • Mengingkari atau mencela sifat Uluhiyyah.
  • Mengingkari atau mencela Rasulullah S.AW.

Keempat-empat perkara tersebut berlaku dengan I’tiqad, perkataan dan perbuatan di mana sesiapa yang melakukannya batallah imannya dan keluar dari agama Islam dan syahadahnya tidak sah. Nauzubillah…
Penjelasan keterangan:

 1.  Mengingkari Sifat Rububiyyah atau mencelanya

Tauhid Rububiyyah ialah mengakui bahawa Dialah tuhan yang Maha Pencipta, mentadbir, memilikinya, memberi rezeki  segala-galanya dibawah pengetahuannya, kehendak dan kebijaksanaanya yang tidak terhingga.
Maka setiap I’tikad, perkataan dan tindak tanduk yang menunjukkan keingkarannya menjadi kafir dan riddah.

 2.  Mengingkari atau mencela Asma’ Allah dan Sifat-sifatNya.

Allah dan Rasul telah mensabitkan baginya beberapa nama dan sifat dan menafikan beberapa sifat. Maka sesiapa yang menafikan yang demikian itu, maka dia menjadi kafir.
Mengkafirkan sifat-sifat Asma Allah itu dengan dua cara iaitu kafir Nafi dan kafir Isbat
Kafir Nafi itu ialah menidakkan mana-mana sifat Allah atau mentakwilkan dengan takwil yang kurang  atau menghadkan kesempurnaan Allah atau menyamakan sifat Allah dengan sifat makhluk.
Kafir Isbat itu  ialah menetapkan mana-mana sifat kekurangan atau sifat mustahil bagi Allah seperti Allah ada anak, isteri, Dia tidur, mati dan lain-lain.

 3.  Mengingkari atau mencela Sifat Uluhiyyah.

Iaitu perkataan atau perbuatan atau I’tikad yang mengingkari bahawa Allah sahaja yang wajib disembah dengan sebenarnya, yang lain daripadanya tidak berhak di sembah.
Banyak manusia yang secara sedar atau tidak sedar telah mengingkari sifat Allah ini.
Sesungguhnya kebanyakkan manusia sejak dahulu hingga sekarang mengakui tauhid Rububiyyah, tetapi mereka mengingkari di dalam I’tikad, perkataan dan perbuatan terhadap Uluhiyyah Allah seperti beribadat kepada yang lain daripada Allah, mengakui hukum dan undang-undang yang lain lebih baik dari syariat Allah dengan hati dan lidah.

 4.  Mengingkari Atau Mencela Rasulullah S.A.W.  Atau Kerasulannya

Iaitu perkataan atau perbuatan I’tikad yang menafikan atau mencela kerasulan atau keperibadian Rasulullah S.A.W.  dan mengingkari pengkhabaran yang dibawa oleh Nabi S.A.W.
Digolongkan juga di kalangan orang yang batal imannya jika mengingkari Al Quran kerana Al Quran itu di sampaikan oleh nabi.
Begitu juga jika mengingkari hukum menurut nas Al Quran dan Al Hadis seperti wajibnya solat, zakat, haji, halal, haram, bab nikah kahwin, hudud dan sebagainya.

Berkata Al Imam Ibnu Taimiyah Rahimahullah ketika menafsirkan ayat Allah :

إِنَّا أَنْزَلْنَا التَّوْرَاةَ فِيهَا هُدًى وَنُورٌ يَحْكُمُ بِهَا النَّبِيُّونَ الَّذِينَ أَسْلَمُوا لِلَّذِينَ هَادُوا وَالرَّبَّانِيُّونَ وَالأحْبَارُ بِمَا اسْتُحْفِظُوا مِنْ كِتَابِ اللَّهِ وَكَانُوا عَلَيْهِ شُهَدَاءَ فَلا تَخْشَوُا النَّاسَ وَاخْشَوْنِ وَلا تَشْتَرُوا بِآيَاتِي ثَمَنًا قَلِيلا وَمَنْ لَمْ يَحْكُمْ بِمَا أَنْزَلَ اللَّهُ فَأُولَئِكَ هُمُ الْكَافِرُونَ (٤٤)

Sesungguhnya Kami telah menurunkan Kitab Taurat, Yang mengandungi petunjuk dan cahaya Yang menerangi; Dengan Kitab itu Nabi-nabi Yang menyerah diri (kepada Allah) menetapkan hukum bagi orang-orang Yahudi, dan (dengannya juga) ulama mereka dan pendita-penditanya (menjalankan hukum Allah), sebab mereka diamanahkan memelihara dan menjalankan hukum-hukum dari Kitab Allah (Taurat) itu, dan mereka pula adalah menjadi penjaga dan pengawasnya (dari sebarang perubahan). oleh itu janganlah kamu takut kepada manusia tetapi hendaklah kamu takut kepadaKu (dengan menjaga diri dari melakukan maksiat dan patuh akan perintahKu); dan janganlah kamu menjual (membelakangkan) ayat-ayatKu Dengan harga Yang sedikit (kerana mendapat rasuah, pangkat dan lain-lain keuntungan dunia); dan sesiapa Yang tidak menghukum Dengan apa Yang telah diturunkan oleh Allah (kerana mengingkarinya), maka mereka itulah orang-orang kafir. (Al-Maidah : 44)

Tidak syak lagi bahawa sesiapa yang tidak beri’tiqad  dengan apa yang telah diturunkan oleh Allah adalah menjadi kafir. Sesungguhnya setiap ummat Islam itu mesti memerintah dengan adil . Kadang-kadang keadilan menurut hukum mereka ialah yang dipandang oleh pembesar-pembesar mereka. Bahkan banyak sekali orang yang mengaku Islam berhukum dengan adat yang tidak diturunkan oleh Allah seperti orang Badwi di zaman dahulu di mana mereka berpendapat itulah hukum yang harus dilaksanakan, bukannya Kitab Allah dan Sunnah Rasulnya.

Perkara-perkara Yang Membatalkan Iman

Iman ialah Tasdiq (membenarkan). I’tikad di dalam hati kepada apa yang di ketahui daripada Deen Islam yang di bawa oleh Nabi Muhammad S.A.W  serta ikrar dengan lidah dan amal. Tasdiq itu mestilah menerima dengan redha dengan semuanya, tidak ada engkar dan perasaan ragu serta tidak menjuzuk – juzukkan (memecah-mecahkan) kepercayaannya.
Firman Allah :

فَلا وَرَبِّكَ لا يُؤْمِنُونَ حَتَّى يُحَكِّمُوكَ فِيمَا شَجَرَ بَيْنَهُمْ ثُمَّ لا يَجِدُوا فِي أَنْفُسِهِمْ حَرَجًا مِمَّا قَضَيْتَ وَيُسَلِّمُوا تَسْلِيمًا (٦٥)

Maka Demi Tuhanmu (Wahai Muhammad)! mereka tidak disifatkan beriman sehingga mereka menjadikan Engkau hakim Dalam mana-mana perselisihan Yang timbul di antara mereka, kemudian mereka pula tidak merasa di hati mereka sesuatu keberatan dari apa Yang telah Engkau hukumkan, dan mereka menerima keputusan itu Dengan sepenuhnya.  An-nisa’ :65

Iman itu mungkin tercabut dengan beberapa sebab yang dikemukakan oleh ulama berdasarkan Al-Quran dan Hadis Nabi Muhammad S.A.W. Diantaranya yang ditegaskan oleh Al-Imam At-Tohawi Rahimahullah di dalam kitabnya. Perkara yang boleh membatalkan iman ialah:
  • Mengingkari sifat Rububiyah atau mencelanya
  • Mengingkari atau mencela Asma’ Allah dan sifat-sifatnya
  • Mengingkari atau mencela sifat Uluhiyyah.
  • Mengingkari atau mencela Rasulullah S.AW.

Keempat-empat perkara tersebut berlaku dengan I’tiqad, perkataan dan perbuatan di mana sesiapa yang melakukannya batallah imannya dan keluar dari agama Islam dan syahadahnya tidak sah. Nauzubillah…
Penjelasan keterangan:

 1.  Mengingkari Sifat Rububiyyah atau mencelanya

Tauhid Rububiyyah ialah mengakui bahawa Dialah tuhan yang Maha Pencipta, mentadbir, memilikinya, memberi rezeki  segala-galanya dibawah pengetahuannya, kehendak dan kebijaksanaanya yang tidak terhingga.
Maka setiap I’tikad, perkataan dan tindak tanduk yang menunjukkan keingkarannya menjadi kafir dan riddah.

 2.  Mengingkari atau mencela Asma’ Allah dan Sifat-sifatNya.

Allah dan Rasul telah mensabitkan baginya beberapa nama dan sifat dan menafikan beberapa sifat. Maka sesiapa yang menafikan yang demikian itu, maka dia menjadi kafir.
Mengkafirkan sifat-sifat Asma Allah itu dengan dua cara iaitu kafir Nafi dan kafir Isbat
Kafir Nafi itu ialah menidakkan mana-mana sifat Allah atau mentakwilkan dengan takwil yang kurang  atau menghadkan kesempurnaan Allah atau menyamakan sifat Allah dengan sifat makhluk.
Kafir Isbat itu  ialah menetapkan mana-mana sifat kekurangan atau sifat mustahil bagi Allah seperti Allah ada anak, isteri, Dia tidur, mati dan lain-lain.

 3.  Mengingkari atau mencela Sifat Uluhiyyah.

Iaitu perkataan atau perbuatan atau I’tikad yang mengingkari bahawa Allah sahaja yang wajib disembah dengan sebenarnya, yang lain daripadanya tidak berhak di sembah.
Banyak manusia yang secara sedar atau tidak sedar telah mengingkari sifat Allah ini.
Sesungguhnya kebanyakkan manusia sejak dahulu hingga sekarang mengakui tauhid Rububiyyah, tetapi mereka mengingkari di dalam I’tikad, perkataan dan perbuatan terhadap Uluhiyyah Allah seperti beribadat kepada yang lain daripada Allah, mengakui hukum dan undang-undang yang lain lebih baik dari syariat Allah dengan hati dan lidah.

 4.  Mengingkari Atau Mencela Rasulullah S.A.W.  Atau Kerasulannya

Iaitu perkataan atau perbuatan I’tikad yang menafikan atau mencela kerasulan atau keperibadian Rasulullah S.A.W.  dan mengingkari pengkhabaran yang dibawa oleh Nabi S.A.W.
Digolongkan juga di kalangan orang yang batal imannya jika mengingkari Al Quran kerana Al Quran itu di sampaikan oleh nabi.
Begitu juga jika mengingkari hukum menurut nas Al Quran dan Al Hadis seperti wajibnya solat, zakat, haji, halal, haram, bab nikah kahwin, hudud dan sebagainya.

Berkata Al Imam Ibnu Taimiyah Rahimahullah ketika menafsirkan ayat Allah :

إِنَّا أَنْزَلْنَا التَّوْرَاةَ فِيهَا هُدًى وَنُورٌ يَحْكُمُ بِهَا النَّبِيُّونَ الَّذِينَ أَسْلَمُوا لِلَّذِينَ هَادُوا وَالرَّبَّانِيُّونَ وَالأحْبَارُ بِمَا اسْتُحْفِظُوا مِنْ كِتَابِ اللَّهِ وَكَانُوا عَلَيْهِ شُهَدَاءَ فَلا تَخْشَوُا النَّاسَ وَاخْشَوْنِ وَلا تَشْتَرُوا بِآيَاتِي ثَمَنًا قَلِيلا وَمَنْ لَمْ يَحْكُمْ بِمَا أَنْزَلَ اللَّهُ فَأُولَئِكَ هُمُ الْكَافِرُونَ (٤٤)

Sesungguhnya Kami telah menurunkan Kitab Taurat, Yang mengandungi petunjuk dan cahaya Yang menerangi; Dengan Kitab itu Nabi-nabi Yang menyerah diri (kepada Allah) menetapkan hukum bagi orang-orang Yahudi, dan (dengannya juga) ulama mereka dan pendita-penditanya (menjalankan hukum Allah), sebab mereka diamanahkan memelihara dan menjalankan hukum-hukum dari Kitab Allah (Taurat) itu, dan mereka pula adalah menjadi penjaga dan pengawasnya (dari sebarang perubahan). oleh itu janganlah kamu takut kepada manusia tetapi hendaklah kamu takut kepadaKu (dengan menjaga diri dari melakukan maksiat dan patuh akan perintahKu); dan janganlah kamu menjual (membelakangkan) ayat-ayatKu Dengan harga Yang sedikit (kerana mendapat rasuah, pangkat dan lain-lain keuntungan dunia); dan sesiapa Yang tidak menghukum Dengan apa Yang telah diturunkan oleh Allah (kerana mengingkarinya), maka mereka itulah orang-orang kafir. (Al-Maidah : 44)

Tidak syak lagi bahawa sesiapa yang tidak beri’tiqad  dengan apa yang telah diturunkan oleh Allah adalah menjadi kafir. Sesungguhnya setiap ummat Islam itu mesti memerintah dengan adil . Kadang-kadang keadilan menurut hukum mereka ialah yang dipandang oleh pembesar-pembesar mereka. Bahkan banyak sekali orang yang mengaku Islam berhukum dengan adat yang tidak diturunkan oleh Allah seperti orang Badwi di zaman dahulu di mana mereka berpendapat itulah hukum yang harus dilaksanakan, bukannya Kitab Allah dan Sunnah Rasulnya.

Perkara-perkara Yang Membatalkan Iman

Iman ialah Tasdiq (membenarkan). I’tikad di dalam hati kepada apa yang di ketahui daripada Deen Islam yang di bawa oleh Nabi Muhammad S.A.W  serta ikrar dengan lidah dan amal. Tasdiq itu mestilah menerima dengan redha dengan semuanya, tidak ada engkar dan perasaan ragu serta tidak menjuzuk – juzukkan (memecah-mecahkan) kepercayaannya.
Firman Allah :

فَلا وَرَبِّكَ لا يُؤْمِنُونَ حَتَّى يُحَكِّمُوكَ فِيمَا شَجَرَ بَيْنَهُمْ ثُمَّ لا يَجِدُوا فِي أَنْفُسِهِمْ حَرَجًا مِمَّا قَضَيْتَ وَيُسَلِّمُوا تَسْلِيمًا (٦٥)

Maka Demi Tuhanmu (Wahai Muhammad)! mereka tidak disifatkan beriman sehingga mereka menjadikan Engkau hakim Dalam mana-mana perselisihan Yang timbul di antara mereka, kemudian mereka pula tidak merasa di hati mereka sesuatu keberatan dari apa Yang telah Engkau hukumkan, dan mereka menerima keputusan itu Dengan sepenuhnya.  An-nisa’ :65

Iman itu mungkin tercabut dengan beberapa sebab yang dikemukakan oleh ulama berdasarkan Al-Quran dan Hadis Nabi Muhammad S.A.W. Diantaranya yang ditegaskan oleh Al-Imam At-Tohawi Rahimahullah di dalam kitabnya. Perkara yang boleh membatalkan iman ialah:
  • Mengingkari sifat Rububiyah atau mencelanya
  • Mengingkari atau mencela Asma’ Allah dan sifat-sifatnya
  • Mengingkari atau mencela sifat Uluhiyyah.
  • Mengingkari atau mencela Rasulullah S.AW.

Keempat-empat perkara tersebut berlaku dengan I’tiqad, perkataan dan perbuatan di mana sesiapa yang melakukannya batallah imannya dan keluar dari agama Islam dan syahadahnya tidak sah. Nauzubillah…
Penjelasan keterangan:

 1.  Mengingkari Sifat Rububiyyah atau mencelanya

Tauhid Rububiyyah ialah mengakui bahawa Dialah tuhan yang Maha Pencipta, mentadbir, memilikinya, memberi rezeki  segala-galanya dibawah pengetahuannya, kehendak dan kebijaksanaanya yang tidak terhingga.
Maka setiap I’tikad, perkataan dan tindak tanduk yang menunjukkan keingkarannya menjadi kafir dan riddah.

 2.  Mengingkari atau mencela Asma’ Allah dan Sifat-sifatNya.

Allah dan Rasul telah mensabitkan baginya beberapa nama dan sifat dan menafikan beberapa sifat. Maka sesiapa yang menafikan yang demikian itu, maka dia menjadi kafir.
Mengkafirkan sifat-sifat Asma Allah itu dengan dua cara iaitu kafir Nafi dan kafir Isbat
Kafir Nafi itu ialah menidakkan mana-mana sifat Allah atau mentakwilkan dengan takwil yang kurang  atau menghadkan kesempurnaan Allah atau menyamakan sifat Allah dengan sifat makhluk.
Kafir Isbat itu  ialah menetapkan mana-mana sifat kekurangan atau sifat mustahil bagi Allah seperti Allah ada anak, isteri, Dia tidur, mati dan lain-lain.

 3.  Mengingkari atau mencela Sifat Uluhiyyah.

Iaitu perkataan atau perbuatan atau I’tikad yang mengingkari bahawa Allah sahaja yang wajib disembah dengan sebenarnya, yang lain daripadanya tidak berhak di sembah.
Banyak manusia yang secara sedar atau tidak sedar telah mengingkari sifat Allah ini.
Sesungguhnya kebanyakkan manusia sejak dahulu hingga sekarang mengakui tauhid Rububiyyah, tetapi mereka mengingkari di dalam I’tikad, perkataan dan perbuatan terhadap Uluhiyyah Allah seperti beribadat kepada yang lain daripada Allah, mengakui hukum dan undang-undang yang lain lebih baik dari syariat Allah dengan hati dan lidah.

 4.  Mengingkari Atau Mencela Rasulullah S.A.W.  Atau Kerasulannya

Iaitu perkataan atau perbuatan I’tikad yang menafikan atau mencela kerasulan atau keperibadian Rasulullah S.A.W.  dan mengingkari pengkhabaran yang dibawa oleh Nabi S.A.W.
Digolongkan juga di kalangan orang yang batal imannya jika mengingkari Al Quran kerana Al Quran itu di sampaikan oleh nabi.
Begitu juga jika mengingkari hukum menurut nas Al Quran dan Al Hadis seperti wajibnya solat, zakat, haji, halal, haram, bab nikah kahwin, hudud dan sebagainya.

Berkata Al Imam Ibnu Taimiyah Rahimahullah ketika menafsirkan ayat Allah :

إِنَّا أَنْزَلْنَا التَّوْرَاةَ فِيهَا هُدًى وَنُورٌ يَحْكُمُ بِهَا النَّبِيُّونَ الَّذِينَ أَسْلَمُوا لِلَّذِينَ هَادُوا وَالرَّبَّانِيُّونَ وَالأحْبَارُ بِمَا اسْتُحْفِظُوا مِنْ كِتَابِ اللَّهِ وَكَانُوا عَلَيْهِ شُهَدَاءَ فَلا تَخْشَوُا النَّاسَ وَاخْشَوْنِ وَلا تَشْتَرُوا بِآيَاتِي ثَمَنًا قَلِيلا وَمَنْ لَمْ يَحْكُمْ بِمَا أَنْزَلَ اللَّهُ فَأُولَئِكَ هُمُ الْكَافِرُونَ (٤٤)

Sesungguhnya Kami telah menurunkan Kitab Taurat, Yang mengandungi petunjuk dan cahaya Yang menerangi; Dengan Kitab itu Nabi-nabi Yang menyerah diri (kepada Allah) menetapkan hukum bagi orang-orang Yahudi, dan (dengannya juga) ulama mereka dan pendita-penditanya (menjalankan hukum Allah), sebab mereka diamanahkan memelihara dan menjalankan hukum-hukum dari Kitab Allah (Taurat) itu, dan mereka pula adalah menjadi penjaga dan pengawasnya (dari sebarang perubahan). oleh itu janganlah kamu takut kepada manusia tetapi hendaklah kamu takut kepadaKu (dengan menjaga diri dari melakukan maksiat dan patuh akan perintahKu); dan janganlah kamu menjual (membelakangkan) ayat-ayatKu Dengan harga Yang sedikit (kerana mendapat rasuah, pangkat dan lain-lain keuntungan dunia); dan sesiapa Yang tidak menghukum Dengan apa Yang telah diturunkan oleh Allah (kerana mengingkarinya), maka mereka itulah orang-orang kafir. (Al-Maidah : 44)

Tidak syak lagi bahawa sesiapa yang tidak beri’tiqad  dengan apa yang telah diturunkan oleh Allah adalah menjadi kafir. Sesungguhnya setiap ummat Islam itu mesti memerintah dengan adil . Kadang-kadang keadilan menurut hukum mereka ialah yang dipandang oleh pembesar-pembesar mereka. Bahkan banyak sekali orang yang mengaku Islam berhukum dengan adat yang tidak diturunkan oleh Allah seperti orang Badwi di zaman dahulu di mana mereka berpendapat itulah hukum yang harus dilaksanakan, bukannya Kitab Allah dan Sunnah Rasulnya.

Perkara-perkara Yang Membatalkan Iman

Iman ialah Tasdiq (membenarkan). I’tikad di dalam hati kepada apa yang di ketahui daripada Deen Islam yang di bawa oleh Nabi Muhammad S.A.W  serta ikrar dengan lidah dan amal. Tasdiq itu mestilah menerima dengan redha dengan semuanya, tidak ada engkar dan perasaan ragu serta tidak menjuzuk – juzukkan (memecah-mecahkan) kepercayaannya.
Firman Allah :

فَلا وَرَبِّكَ لا يُؤْمِنُونَ حَتَّى يُحَكِّمُوكَ فِيمَا شَجَرَ بَيْنَهُمْ ثُمَّ لا يَجِدُوا فِي أَنْفُسِهِمْ حَرَجًا مِمَّا قَضَيْتَ وَيُسَلِّمُوا تَسْلِيمًا (٦٥)

Maka Demi Tuhanmu (Wahai Muhammad)! mereka tidak disifatkan beriman sehingga mereka menjadikan Engkau hakim Dalam mana-mana perselisihan Yang timbul di antara mereka, kemudian mereka pula tidak merasa di hati mereka sesuatu keberatan dari apa Yang telah Engkau hukumkan, dan mereka menerima keputusan itu Dengan sepenuhnya.  An-nisa’ :65

Iman itu mungkin tercabut dengan beberapa sebab yang dikemukakan oleh ulama berdasarkan Al-Quran dan Hadis Nabi Muhammad S.A.W. Diantaranya yang ditegaskan oleh Al-Imam At-Tohawi Rahimahullah di dalam kitabnya. Perkara yang boleh membatalkan iman ialah:
  • Mengingkari sifat Rububiyah atau mencelanya
  • Mengingkari atau mencela Asma’ Allah dan sifat-sifatnya
  • Mengingkari atau mencela sifat Uluhiyyah.
  • Mengingkari atau mencela Rasulullah S.AW.

Keempat-empat perkara tersebut berlaku dengan I’tiqad, perkataan dan perbuatan di mana sesiapa yang melakukannya batallah imannya dan keluar dari agama Islam dan syahadahnya tidak sah. Nauzubillah…
Penjelasan keterangan:

 1.  Mengingkari Sifat Rububiyyah atau mencelanya

Tauhid Rububiyyah ialah mengakui bahawa Dialah tuhan yang Maha Pencipta, mentadbir, memilikinya, memberi rezeki  segala-galanya dibawah pengetahuannya, kehendak dan kebijaksanaanya yang tidak terhingga.
Maka setiap I’tikad, perkataan dan tindak tanduk yang menunjukkan keingkarannya menjadi kafir dan riddah.

 2.  Mengingkari atau mencela Asma’ Allah dan Sifat-sifatNya.

Allah dan Rasul telah mensabitkan baginya beberapa nama dan sifat dan menafikan beberapa sifat. Maka sesiapa yang menafikan yang demikian itu, maka dia menjadi kafir.
Mengkafirkan sifat-sifat Asma Allah itu dengan dua cara iaitu kafir Nafi dan kafir Isbat
Kafir Nafi itu ialah menidakkan mana-mana sifat Allah atau mentakwilkan dengan takwil yang kurang  atau menghadkan kesempurnaan Allah atau menyamakan sifat Allah dengan sifat makhluk.
Kafir Isbat itu  ialah menetapkan mana-mana sifat kekurangan atau sifat mustahil bagi Allah seperti Allah ada anak, isteri, Dia tidur, mati dan lain-lain.

 3.  Mengingkari atau mencela Sifat Uluhiyyah.

Iaitu perkataan atau perbuatan atau I’tikad yang mengingkari bahawa Allah sahaja yang wajib disembah dengan sebenarnya, yang lain daripadanya tidak berhak di sembah.
Banyak manusia yang secara sedar atau tidak sedar telah mengingkari sifat Allah ini.
Sesungguhnya kebanyakkan manusia sejak dahulu hingga sekarang mengakui tauhid Rububiyyah, tetapi mereka mengingkari di dalam I’tikad, perkataan dan perbuatan terhadap Uluhiyyah Allah seperti beribadat kepada yang lain daripada Allah, mengakui hukum dan undang-undang yang lain lebih baik dari syariat Allah dengan hati dan lidah.

 4.  Mengingkari Atau Mencela Rasulullah S.A.W.  Atau Kerasulannya

Iaitu perkataan atau perbuatan I’tikad yang menafikan atau mencela kerasulan atau keperibadian Rasulullah S.A.W.  dan mengingkari pengkhabaran yang dibawa oleh Nabi S.A.W.
Digolongkan juga di kalangan orang yang batal imannya jika mengingkari Al Quran kerana Al Quran itu di sampaikan oleh nabi.
Begitu juga jika mengingkari hukum menurut nas Al Quran dan Al Hadis seperti wajibnya solat, zakat, haji, halal, haram, bab nikah kahwin, hudud dan sebagainya.

Berkata Al Imam Ibnu Taimiyah Rahimahullah ketika menafsirkan ayat Allah :

إِنَّا أَنْزَلْنَا التَّوْرَاةَ فِيهَا هُدًى وَنُورٌ يَحْكُمُ بِهَا النَّبِيُّونَ الَّذِينَ أَسْلَمُوا لِلَّذِينَ هَادُوا وَالرَّبَّانِيُّونَ وَالأحْبَارُ بِمَا اسْتُحْفِظُوا مِنْ كِتَابِ اللَّهِ وَكَانُوا عَلَيْهِ شُهَدَاءَ فَلا تَخْشَوُا النَّاسَ وَاخْشَوْنِ وَلا تَشْتَرُوا بِآيَاتِي ثَمَنًا قَلِيلا وَمَنْ لَمْ يَحْكُمْ بِمَا أَنْزَلَ اللَّهُ فَأُولَئِكَ هُمُ الْكَافِرُونَ (٤٤)

Sesungguhnya Kami telah menurunkan Kitab Taurat, Yang mengandungi petunjuk dan cahaya Yang menerangi; Dengan Kitab itu Nabi-nabi Yang menyerah diri (kepada Allah) menetapkan hukum bagi orang-orang Yahudi, dan (dengannya juga) ulama mereka dan pendita-penditanya (menjalankan hukum Allah), sebab mereka diamanahkan memelihara dan menjalankan hukum-hukum dari Kitab Allah (Taurat) itu, dan mereka pula adalah menjadi penjaga dan pengawasnya (dari sebarang perubahan). oleh itu janganlah kamu takut kepada manusia tetapi hendaklah kamu takut kepadaKu (dengan menjaga diri dari melakukan maksiat dan patuh akan perintahKu); dan janganlah kamu menjual (membelakangkan) ayat-ayatKu Dengan harga Yang sedikit (kerana mendapat rasuah, pangkat dan lain-lain keuntungan dunia); dan sesiapa Yang tidak menghukum Dengan apa Yang telah diturunkan oleh Allah (kerana mengingkarinya), maka mereka itulah orang-orang kafir. (Al-Maidah : 44)

Tidak syak lagi bahawa sesiapa yang tidak beri’tiqad  dengan apa yang telah diturunkan oleh Allah adalah menjadi kafir. Sesungguhnya setiap ummat Islam itu mesti memerintah dengan adil . Kadang-kadang keadilan menurut hukum mereka ialah yang dipandang oleh pembesar-pembesar mereka. Bahkan banyak sekali orang yang mengaku Islam berhukum dengan adat yang tidak diturunkan oleh Allah seperti orang Badwi di zaman dahulu di mana mereka berpendapat itulah hukum yang harus dilaksanakan, bukannya Kitab Allah dan Sunnah Rasulnya.

Perkara-perkara Yang Membatalkan Iman

Iman ialah Tasdiq (membenarkan). I’tikad di dalam hati kepada apa yang di ketahui daripada Deen Islam yang di bawa oleh Nabi Muhammad S.A.W  serta ikrar dengan lidah dan amal. Tasdiq itu mestilah menerima dengan redha dengan semuanya, tidak ada engkar dan perasaan ragu serta tidak menjuzuk – juzukkan (memecah-mecahkan) kepercayaannya.
Firman Allah :

فَلا وَرَبِّكَ لا يُؤْمِنُونَ حَتَّى يُحَكِّمُوكَ فِيمَا شَجَرَ بَيْنَهُمْ ثُمَّ لا يَجِدُوا فِي أَنْفُسِهِمْ حَرَجًا مِمَّا قَضَيْتَ وَيُسَلِّمُوا تَسْلِيمًا (٦٥)

Maka Demi Tuhanmu (Wahai Muhammad)! mereka tidak disifatkan beriman sehingga mereka menjadikan Engkau hakim Dalam mana-mana perselisihan Yang timbul di antara mereka, kemudian mereka pula tidak merasa di hati mereka sesuatu keberatan dari apa Yang telah Engkau hukumkan, dan mereka menerima keputusan itu Dengan sepenuhnya.  An-nisa’ :65

Iman itu mungkin tercabut dengan beberapa sebab yang dikemukakan oleh ulama berdasarkan Al-Quran dan Hadis Nabi Muhammad S.A.W. Diantaranya yang ditegaskan oleh Al-Imam At-Tohawi Rahimahullah di dalam kitabnya. Perkara yang boleh membatalkan iman ialah:
  • Mengingkari sifat Rububiyah atau mencelanya
  • Mengingkari atau mencela Asma’ Allah dan sifat-sifatnya
  • Mengingkari atau mencela sifat Uluhiyyah.
  • Mengingkari atau mencela Rasulullah S.AW.

Keempat-empat perkara tersebut berlaku dengan I’tiqad, perkataan dan perbuatan di mana sesiapa yang melakukannya batallah imannya dan keluar dari agama Islam dan syahadahnya tidak sah. Nauzubillah…
Penjelasan keterangan:

 1.  Mengingkari Sifat Rububiyyah atau mencelanya

Tauhid Rububiyyah ialah mengakui bahawa Dialah tuhan yang Maha Pencipta, mentadbir, memilikinya, memberi rezeki  segala-galanya dibawah pengetahuannya, kehendak dan kebijaksanaanya yang tidak terhingga.
Maka setiap I’tikad, perkataan dan tindak tanduk yang menunjukkan keingkarannya menjadi kafir dan riddah.

 2.  Mengingkari atau mencela Asma’ Allah dan Sifat-sifatNya.

Allah dan Rasul telah mensabitkan baginya beberapa nama dan sifat dan menafikan beberapa sifat. Maka sesiapa yang menafikan yang demikian itu, maka dia menjadi kafir.
Mengkafirkan sifat-sifat Asma Allah itu dengan dua cara iaitu kafir Nafi dan kafir Isbat
Kafir Nafi itu ialah menidakkan mana-mana sifat Allah atau mentakwilkan dengan takwil yang kurang  atau menghadkan kesempurnaan Allah atau menyamakan sifat Allah dengan sifat makhluk.
Kafir Isbat itu  ialah menetapkan mana-mana sifat kekurangan atau sifat mustahil bagi Allah seperti Allah ada anak, isteri, Dia tidur, mati dan lain-lain.

 3.  Mengingkari atau mencela Sifat Uluhiyyah.

Iaitu perkataan atau perbuatan atau I’tikad yang mengingkari bahawa Allah sahaja yang wajib disembah dengan sebenarnya, yang lain daripadanya tidak berhak di sembah.
Banyak manusia yang secara sedar atau tidak sedar telah mengingkari sifat Allah ini.
Sesungguhnya kebanyakkan manusia sejak dahulu hingga sekarang mengakui tauhid Rububiyyah, tetapi mereka mengingkari di dalam I’tikad, perkataan dan perbuatan terhadap Uluhiyyah Allah seperti beribadat kepada yang lain daripada Allah, mengakui hukum dan undang-undang yang lain lebih baik dari syariat Allah dengan hati dan lidah.

 4.  Mengingkari Atau Mencela Rasulullah S.A.W.  Atau Kerasulannya

Iaitu perkataan atau perbuatan I’tikad yang menafikan atau mencela kerasulan atau keperibadian Rasulullah S.A.W.  dan mengingkari pengkhabaran yang dibawa oleh Nabi S.A.W.
Digolongkan juga di kalangan orang yang batal imannya jika mengingkari Al Quran kerana Al Quran itu di sampaikan oleh nabi.
Begitu juga jika mengingkari hukum menurut nas Al Quran dan Al Hadis seperti wajibnya solat, zakat, haji, halal, haram, bab nikah kahwin, hudud dan sebagainya.

Berkata Al Imam Ibnu Taimiyah Rahimahullah ketika menafsirkan ayat Allah :

إِنَّا أَنْزَلْنَا التَّوْرَاةَ فِيهَا هُدًى وَنُورٌ يَحْكُمُ بِهَا النَّبِيُّونَ الَّذِينَ أَسْلَمُوا لِلَّذِينَ هَادُوا وَالرَّبَّانِيُّونَ وَالأحْبَارُ بِمَا اسْتُحْفِظُوا مِنْ كِتَابِ اللَّهِ وَكَانُوا عَلَيْهِ شُهَدَاءَ فَلا تَخْشَوُا النَّاسَ وَاخْشَوْنِ وَلا تَشْتَرُوا بِآيَاتِي ثَمَنًا قَلِيلا وَمَنْ لَمْ يَحْكُمْ بِمَا أَنْزَلَ اللَّهُ فَأُولَئِكَ هُمُ الْكَافِرُونَ (٤٤)

Sesungguhnya Kami telah menurunkan Kitab Taurat, Yang mengandungi petunjuk dan cahaya Yang menerangi; Dengan Kitab itu Nabi-nabi Yang menyerah diri (kepada Allah) menetapkan hukum bagi orang-orang Yahudi, dan (dengannya juga) ulama mereka dan pendita-penditanya (menjalankan hukum Allah), sebab mereka diamanahkan memelihara dan menjalankan hukum-hukum dari Kitab Allah (Taurat) itu, dan mereka pula adalah menjadi penjaga dan pengawasnya (dari sebarang perubahan). oleh itu janganlah kamu takut kepada manusia tetapi hendaklah kamu takut kepadaKu (dengan menjaga diri dari melakukan maksiat dan patuh akan perintahKu); dan janganlah kamu menjual (membelakangkan) ayat-ayatKu Dengan harga Yang sedikit (kerana mendapat rasuah, pangkat dan lain-lain keuntungan dunia); dan sesiapa Yang tidak menghukum Dengan apa Yang telah diturunkan oleh Allah (kerana mengingkarinya), maka mereka itulah orang-orang kafir. (Al-Maidah : 44)

Tidak syak lagi bahawa sesiapa yang tidak beri’tiqad  dengan apa yang telah diturunkan oleh Allah adalah menjadi kafir. Sesungguhnya setiap ummat Islam itu mesti memerintah dengan adil . Kadang-kadang keadilan menurut hukum mereka ialah yang dipandang oleh pembesar-pembesar mereka. Bahkan banyak sekali orang yang mengaku Islam berhukum dengan adat yang tidak diturunkan oleh Allah seperti orang Badwi di zaman dahulu di mana mereka berpendapat itulah hukum yang harus dilaksanakan, bukannya Kitab Allah dan Sunnah Rasulnya.

Perkara-perkara Yang Membatalkan Iman

Iman ialah Tasdiq (membenarkan). I’tikad di dalam hati kepada apa yang di ketahui daripada Deen Islam yang di bawa oleh Nabi Muhammad S.A.W  serta ikrar dengan lidah dan amal. Tasdiq itu mestilah menerima dengan redha dengan semuanya, tidak ada engkar dan perasaan ragu serta tidak menjuzuk – juzukkan (memecah-mecahkan) kepercayaannya.
Firman Allah :

فَلا وَرَبِّكَ لا يُؤْمِنُونَ حَتَّى يُحَكِّمُوكَ فِيمَا شَجَرَ بَيْنَهُمْ ثُمَّ لا يَجِدُوا فِي أَنْفُسِهِمْ حَرَجًا مِمَّا قَضَيْتَ وَيُسَلِّمُوا تَسْلِيمًا (٦٥)

Maka Demi Tuhanmu (Wahai Muhammad)! mereka tidak disifatkan beriman sehingga mereka menjadikan Engkau hakim Dalam mana-mana perselisihan Yang timbul di antara mereka, kemudian mereka pula tidak merasa di hati mereka sesuatu keberatan dari apa Yang telah Engkau hukumkan, dan mereka menerima keputusan itu Dengan sepenuhnya.  An-nisa’ :65

Iman itu mungkin tercabut dengan beberapa sebab yang dikemukakan oleh ulama berdasarkan Al-Quran dan Hadis Nabi Muhammad S.A.W. Diantaranya yang ditegaskan oleh Al-Imam At-Tohawi Rahimahullah di dalam kitabnya. Perkara yang boleh membatalkan iman ialah:
  • Mengingkari sifat Rububiyah atau mencelanya
  • Mengingkari atau mencela Asma’ Allah dan sifat-sifatnya
  • Mengingkari atau mencela sifat Uluhiyyah.
  • Mengingkari atau mencela Rasulullah S.AW.

Keempat-empat perkara tersebut berlaku dengan I’tiqad, perkataan dan perbuatan di mana sesiapa yang melakukannya batallah imannya dan keluar dari agama Islam dan syahadahnya tidak sah. Nauzubillah…
Penjelasan keterangan:

 1.  Mengingkari Sifat Rububiyyah atau mencelanya

Tauhid Rububiyyah ialah mengakui bahawa Dialah tuhan yang Maha Pencipta, mentadbir, memilikinya, memberi rezeki  segala-galanya dibawah pengetahuannya, kehendak dan kebijaksanaanya yang tidak terhingga.
Maka setiap I’tikad, perkataan dan tindak tanduk yang menunjukkan keingkarannya menjadi kafir dan riddah.

 2.  Mengingkari atau mencela Asma’ Allah dan Sifat-sifatNya.

Allah dan Rasul telah mensabitkan baginya beberapa nama dan sifat dan menafikan beberapa sifat. Maka sesiapa yang menafikan yang demikian itu, maka dia menjadi kafir.
Mengkafirkan sifat-sifat Asma Allah itu dengan dua cara iaitu kafir Nafi dan kafir Isbat
Kafir Nafi itu ialah menidakkan mana-mana sifat Allah atau mentakwilkan dengan takwil yang kurang  atau menghadkan kesempurnaan Allah atau menyamakan sifat Allah dengan sifat makhluk.
Kafir Isbat itu  ialah menetapkan mana-mana sifat kekurangan atau sifat mustahil bagi Allah seperti Allah ada anak, isteri, Dia tidur, mati dan lain-lain.

 3.  Mengingkari atau mencela Sifat Uluhiyyah.

Iaitu perkataan atau perbuatan atau I’tikad yang mengingkari bahawa Allah sahaja yang wajib disembah dengan sebenarnya, yang lain daripadanya tidak berhak di sembah.
Banyak manusia yang secara sedar atau tidak sedar telah mengingkari sifat Allah ini.
Sesungguhnya kebanyakkan manusia sejak dahulu hingga sekarang mengakui tauhid Rububiyyah, tetapi mereka mengingkari di dalam I’tikad, perkataan dan perbuatan terhadap Uluhiyyah Allah seperti beribadat kepada yang lain daripada Allah, mengakui hukum dan undang-undang yang lain lebih baik dari syariat Allah dengan hati dan lidah.

 4.  Mengingkari Atau Mencela Rasulullah S.A.W.  Atau Kerasulannya

Iaitu perkataan atau perbuatan I’tikad yang menafikan atau mencela kerasulan atau keperibadian Rasulullah S.A.W.  dan mengingkari pengkhabaran yang dibawa oleh Nabi S.A.W.
Digolongkan juga di kalangan orang yang batal imannya jika mengingkari Al Quran kerana Al Quran itu di sampaikan oleh nabi.
Begitu juga jika mengingkari hukum menurut nas Al Quran dan Al Hadis seperti wajibnya solat, zakat, haji, halal, haram, bab nikah kahwin, hudud dan sebagainya.

Berkata Al Imam Ibnu Taimiyah Rahimahullah ketika menafsirkan ayat Allah :

إِنَّا أَنْزَلْنَا التَّوْرَاةَ فِيهَا هُدًى وَنُورٌ يَحْكُمُ بِهَا النَّبِيُّونَ الَّذِينَ أَسْلَمُوا لِلَّذِينَ هَادُوا وَالرَّبَّانِيُّونَ وَالأحْبَارُ بِمَا اسْتُحْفِظُوا مِنْ كِتَابِ اللَّهِ وَكَانُوا عَلَيْهِ شُهَدَاءَ فَلا تَخْشَوُا النَّاسَ وَاخْشَوْنِ وَلا تَشْتَرُوا بِآيَاتِي ثَمَنًا قَلِيلا وَمَنْ لَمْ يَحْكُمْ بِمَا أَنْزَلَ اللَّهُ فَأُولَئِكَ هُمُ الْكَافِرُونَ (٤٤)

Sesungguhnya Kami telah menurunkan Kitab Taurat, Yang mengandungi petunjuk dan cahaya Yang menerangi; Dengan Kitab itu Nabi-nabi Yang menyerah diri (kepada Allah) menetapkan hukum bagi orang-orang Yahudi, dan (dengannya juga) ulama mereka dan pendita-penditanya (menjalankan hukum Allah), sebab mereka diamanahkan memelihara dan menjalankan hukum-hukum dari Kitab Allah (Taurat) itu, dan mereka pula adalah menjadi penjaga dan pengawasnya (dari sebarang perubahan). oleh itu janganlah kamu takut kepada manusia tetapi hendaklah kamu takut kepadaKu (dengan menjaga diri dari melakukan maksiat dan patuh akan perintahKu); dan janganlah kamu menjual (membelakangkan) ayat-ayatKu Dengan harga Yang sedikit (kerana mendapat rasuah, pangkat dan lain-lain keuntungan dunia); dan sesiapa Yang tidak menghukum Dengan apa Yang telah diturunkan oleh Allah (kerana mengingkarinya), maka mereka itulah orang-orang kafir. (Al-Maidah : 44)

Tidak syak lagi bahawa sesiapa yang tidak beri’tiqad  dengan apa yang telah diturunkan oleh Allah adalah menjadi kafir. Sesungguhnya setiap ummat Islam itu mesti memerintah dengan adil . Kadang-kadang keadilan menurut hukum mereka ialah yang dipandang oleh pembesar-pembesar mereka. Bahkan banyak sekali orang yang mengaku Islam berhukum dengan adat yang tidak diturunkan oleh Allah seperti orang Badwi di zaman dahulu di mana mereka berpendapat itulah hukum yang harus dilaksanakan, bukannya Kitab Allah dan Sunnah Rasulnya.

Perkara-perkara Yang Membatalkan Iman

Iman ialah Tasdiq (membenarkan). I’tikad di dalam hati kepada apa yang di ketahui daripada Deen Islam yang di bawa oleh Nabi Muhammad S.A.W  serta ikrar dengan lidah dan amal. Tasdiq itu mestilah menerima dengan redha dengan semuanya, tidak ada engkar dan perasaan ragu serta tidak menjuzuk – juzukkan (memecah-mecahkan) kepercayaannya.
Firman Allah :

فَلا وَرَبِّكَ لا يُؤْمِنُونَ حَتَّى يُحَكِّمُوكَ فِيمَا شَجَرَ بَيْنَهُمْ ثُمَّ لا يَجِدُوا فِي أَنْفُسِهِمْ حَرَجًا مِمَّا قَضَيْتَ وَيُسَلِّمُوا تَسْلِيمًا (٦٥)

Maka Demi Tuhanmu (Wahai Muhammad)! mereka tidak disifatkan beriman sehingga mereka menjadikan Engkau hakim Dalam mana-mana perselisihan Yang timbul di antara mereka, kemudian mereka pula tidak merasa di hati mereka sesuatu keberatan dari apa Yang telah Engkau hukumkan, dan mereka menerima keputusan itu Dengan sepenuhnya.  An-nisa’ :65

Iman itu mungkin tercabut dengan beberapa sebab yang dikemukakan oleh ulama berdasarkan Al-Quran dan Hadis Nabi Muhammad S.A.W. Diantaranya yang ditegaskan oleh Al-Imam At-Tohawi Rahimahullah di dalam kitabnya. Perkara yang boleh membatalkan iman ialah:
  • Mengingkari sifat Rububiyah atau mencelanya
  • Mengingkari atau mencela Asma’ Allah dan sifat-sifatnya
  • Mengingkari atau mencela sifat Uluhiyyah.
  • Mengingkari atau mencela Rasulullah S.AW.

Keempat-empat perkara tersebut berlaku dengan I’tiqad, perkataan dan perbuatan di mana sesiapa yang melakukannya batallah imannya dan keluar dari agama Islam dan syahadahnya tidak sah. Nauzubillah…
Penjelasan keterangan:

 1.  Mengingkari Sifat Rububiyyah atau mencelanya

Tauhid Rububiyyah ialah mengakui bahawa Dialah tuhan yang Maha Pencipta, mentadbir, memilikinya, memberi rezeki  segala-galanya dibawah pengetahuannya, kehendak dan kebijaksanaanya yang tidak terhingga.
Maka setiap I’tikad, perkataan dan tindak tanduk yang menunjukkan keingkarannya menjadi kafir dan riddah.

 2.  Mengingkari atau mencela Asma’ Allah dan Sifat-sifatNya.

Allah dan Rasul telah mensabitkan baginya beberapa nama dan sifat dan menafikan beberapa sifat. Maka sesiapa yang menafikan yang demikian itu, maka dia menjadi kafir.
Mengkafirkan sifat-sifat Asma Allah itu dengan dua cara iaitu kafir Nafi dan kafir Isbat
Kafir Nafi itu ialah menidakkan mana-mana sifat Allah atau mentakwilkan dengan takwil yang kurang  atau menghadkan kesempurnaan Allah atau menyamakan sifat Allah dengan sifat makhluk.
Kafir Isbat itu  ialah menetapkan mana-mana sifat kekurangan atau sifat mustahil bagi Allah seperti Allah ada anak, isteri, Dia tidur, mati dan lain-lain.

 3.  Mengingkari atau mencela Sifat Uluhiyyah.

Iaitu perkataan atau perbuatan atau I’tikad yang mengingkari bahawa Allah sahaja yang wajib disembah dengan sebenarnya, yang lain daripadanya tidak berhak di sembah.
Banyak manusia yang secara sedar atau tidak sedar telah mengingkari sifat Allah ini.
Sesungguhnya kebanyakkan manusia sejak dahulu hingga sekarang mengakui tauhid Rububiyyah, tetapi mereka mengingkari di dalam I’tikad, perkataan dan perbuatan terhadap Uluhiyyah Allah seperti beribadat kepada yang lain daripada Allah, mengakui hukum dan undang-undang yang lain lebih baik dari syariat Allah dengan hati dan lidah.

 4.  Mengingkari Atau Mencela Rasulullah S.A.W.  Atau Kerasulannya

Iaitu perkataan atau perbuatan I’tikad yang menafikan atau mencela kerasulan atau keperibadian Rasulullah S.A.W.  dan mengingkari pengkhabaran yang dibawa oleh Nabi S.A.W.
Digolongkan juga di kalangan orang yang batal imannya jika mengingkari Al Quran kerana Al Quran itu di sampaikan oleh nabi.
Begitu juga jika mengingkari hukum menurut nas Al Quran dan Al Hadis seperti wajibnya solat, zakat, haji, halal, haram, bab nikah kahwin, hudud dan sebagainya.

Berkata Al Imam Ibnu Taimiyah Rahimahullah ketika menafsirkan ayat Allah :

إِنَّا أَنْزَلْنَا التَّوْرَاةَ فِيهَا هُدًى وَنُورٌ يَحْكُمُ بِهَا النَّبِيُّونَ الَّذِينَ أَسْلَمُوا لِلَّذِينَ هَادُوا وَالرَّبَّانِيُّونَ وَالأحْبَارُ بِمَا اسْتُحْفِظُوا مِنْ كِتَابِ اللَّهِ وَكَانُوا عَلَيْهِ شُهَدَاءَ فَلا تَخْشَوُا النَّاسَ وَاخْشَوْنِ وَلا تَشْتَرُوا بِآيَاتِي ثَمَنًا قَلِيلا وَمَنْ لَمْ يَحْكُمْ بِمَا أَنْزَلَ اللَّهُ فَأُولَئِكَ هُمُ الْكَافِرُونَ (٤٤)

Sesungguhnya Kami telah menurunkan Kitab Taurat, Yang mengandungi petunjuk dan cahaya Yang menerangi; Dengan Kitab itu Nabi-nabi Yang menyerah diri (kepada Allah) menetapkan hukum bagi orang-orang Yahudi, dan (dengannya juga) ulama mereka dan pendita-penditanya (menjalankan hukum Allah), sebab mereka diamanahkan memelihara dan menjalankan hukum-hukum dari Kitab Allah (Taurat) itu, dan mereka pula adalah menjadi penjaga dan pengawasnya (dari sebarang perubahan). oleh itu janganlah kamu takut kepada manusia tetapi hendaklah kamu takut kepadaKu (dengan menjaga diri dari melakukan maksiat dan patuh akan perintahKu); dan janganlah kamu menjual (membelakangkan) ayat-ayatKu Dengan harga Yang sedikit (kerana mendapat rasuah, pangkat dan lain-lain keuntungan dunia); dan sesiapa Yang tidak menghukum Dengan apa Yang telah diturunkan oleh Allah (kerana mengingkarinya), maka mereka itulah orang-orang kafir. (Al-Maidah : 44)

Tidak syak lagi bahawa sesiapa yang tidak beri’tiqad  dengan apa yang telah diturunkan oleh Allah adalah menjadi kafir. Sesungguhnya setiap ummat Islam itu mesti memerintah dengan adil . Kadang-kadang keadilan menurut hukum mereka ialah yang dipandang oleh pembesar-pembesar mereka. Bahkan banyak sekali orang yang mengaku Islam berhukum dengan adat yang tidak diturunkan oleh Allah seperti orang Badwi di zaman dahulu di mana mereka berpendapat itulah hukum yang harus dilaksanakan, bukannya Kitab Allah dan Sunnah Rasulnya.

Perkara-perkara Yang Membatalkan Iman